MATERI BIOKIMIA
MEKANISME
KERJA ENZIM DAN KOENZIM
OLEH
YOVIANUS LUSI BOLI
PO. 530320312 711
KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PRODI
KEPERAWATAN WAINGAPU
2013
MEKANISME
KERJA ENZIM/KOENZIM
Mekanisme cara kerja enzim pada tubuh manusia
bekerja sebagai komponen penting dalam berbagai proses dalam tubuh, seperti
halnya enzim-enzim pencernaan pada manusia. Tidak hanya dibutuhkan dalam
proses pencernaan, keberadaan sejumlah enzim tersebut mampu membantu
fungsi tubuh untuk menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya Terdapat berbagai
jenis enzim dalam tubuh kita yang berbeda dan memiliki peranan yang spesifik
pada masing-masing enzim tersebut. namun secara garis besar, cara kerja enzim
tersebut berfungsi untuk mempercepat dan mengoptimalkan sebuah reaksi
kimia yang terjadi di dalam tubuh
Dalam melaksanakan fungsinya enzim
melakukan metode kerjanya sendiri. cara kerja ini dapat diklasifikasikan
pada dua metode yaitu :
1.
LOCK AND KEY THEORY
Cara kerja enzim ini dikenal juga dengan nama Teori Gembok dan Kunci. Menurut teori ini, enzim bergabung dengan susbtrat dan bersama-sama menbentuk sebuah kesatuan seperrti gembok dan kuncinya. Di dalam kompleks tersebut, substrat dimungkinkan untuk bereaksi dengan jumlah energi yang tidak terlalu besar. Setelah bereaksi, kompleks yang dibangun tadi akan terurai dan enzim bersama produk (hasil substrat yang telah bereaksi) akan berpisah.
2.
INDUCED FIT THEORY
Teori cara
kerja enzim yang satu ini dikenal juga dengan istilah Teori Kecocokan yang
Terinduksi. Sama seperti namanya, pada teori ini enzim digambarkan memiliki
sifat yang fleksibel dan mampu merubah bentuknya untuk kemudian menyesuaikan
dengan bentuk substrat yang hendak diurainya. Ketika substrat masuk ke dalam
sisi aktif enzim, maka sisi aktif tersebut akan termodifikasi dan kemudian
membentuk kesatuan kompleks. Setelah substrat telah menjadi molekul produk,
maka ia akan terlepas dari kompleks dan enzim akan kembali pada bentuknya
semula dan kembali aktif mencari subtrat lainnnya.
a) Faktor yang mempengaruhi kerja Enzim dan ko Enzim
a. Suhu
Enzim terdiri atas
molekul-molekul protein. Oleh karena itu, enzim masih tetap mempuyai sifat
protein yang kerjanyas dipengaruhi oleh suhu. Enzim dapat bekerja optimum pada
kisaran suhu tertentu, yaitu sekitar suhu 400 C. Pada suhu 00 C, enzim tidak
aktif. Jika suhunya dinaikkan, enzim akan mulai aktif. Jika suhunya dinaikkan
lebih tinggi lagi sampai batas sekitar 40 – 500 C, enzim akan bekerja lebih
aktif lagi. Namun, pemanasan lebih lanjut membuat enzim akan terurai atau
terdenaturasi seperti halnya protein lainnya. Pada keadaan ini enzim tidak
dapat bekerja
·
Enzim tidak aktif
pada suhu kurang daripada 0oC.
·
Kadar tindak balas
enzim meningkat dua kali ganda bagi setiap kenaikan suhu 10oC.
·
Kadar tindak balas
enzim paling optimum pada suhu 37oC. Enzim ternyahasli pada suhu
tinggi iaitu lebih dari 50oC.
b.
Derajat Keasaman (pH)
Enzim bekerja pada pH tertentu,
umumnya pada netral, kecuali beberapa jenis enzim yang bekerja pada suasana
asam atau suasana basa. Jika enzim yang bekerja optimum pada suasana netral
ditempatkan pada suasana basa ataupun asam, enzim tersebut tidak akan bekerja
atau bahkan rusak. Begitu juga sebaliknya, jila suatu enzim bekerja optimal
pada suasana basa atau asam tetapi ditempatkan pada keadaan asam atau bas,
enzimtersebut akan rusak.
Sebagai contohnya, enzim pepsin yang terdpat di dalam lambung, efektif bekerja pada pH rendah.
Sebagai contohnya, enzim pepsin yang terdpat di dalam lambung, efektif bekerja pada pH rendah.
·
Setiap enzim
bertindak paling cekap pada nilai pH tertentu yang disebut sebagai pH optimum.
·
pH optimum bagi
kebanyakan enzim ialah pH 7.
·
Terdapat beberapa
pengecualian, misalnya enzim pepsin di dalam perut bertindak balas paling cekap
pada pH 2, sementara enzim tripsin di dalam usus kecil bertindak paling cekap
pada pH 8.
c.
Inhibitor
Hal lain yang
mempengaruhi kerja enzim adalah feed back inhibitor. Feed back inhibitor adalah
keadaan pada saat substansi hasil (produk) kerja enzim yang terakumulasi dalam
jumlah yang berlebihan akan menghambat kerja enzim yang bersangkutan.
1.
Inhibitor Kompetisi
Pada inhibitor
kompetisi terjadi penambahan substrat dapat mengurangi daya hambatnya, karena
inhibitor bersaing dengan substrat untuk mengikta bagian aktif enzim.
Misalnya enzim suksinat dehidrogenase yang berfungsi mengkatalisis reaksi
oksidasi asam uksinat menjadi fumarat, jika dalam proses ini dutambahkan asam
malonat, maka enzim suksinat dehidrogenase akan menurun aktivitasnya.
Tetapi jika diberikan
lagi asam suksinat sebagai substrat reaksi akan normal kembali. Sehingga
aktivitas inhibitor ini sangat bergantung pada konsentrasi inhibitor,
konsentrasi substrat, dan aktivitas actore inhibitor dan substrat.
2.
Inhibitor
Nonkompetisi
Inhibitor
nonkompetisi pengauhnya tdak dapat dihilangkan dengan adanya penambahan substrat
lain, dimana inhibitor ini akan berikatan dengan permukaan enzim tanpa
lepas dan lokasinya tidak dapat diganti oleh substrat. Sehingga daya kerja
inhibitor sangat tergantung dari konsentrasi inhibitor dan aktivitas
inhibitor terhadap enzim.
d.
Konsentrasi Substrat
Mekanisme kerja enzim
juga ditentukan oleh jumlah atau konsentrasi substrat yang tersedia. Jika
jumlah substratnya sedikit, kecepatan kerja enzim juga rendah. Sebaliknya, jika
jumlah substrat yang tersedia banyak, kerja enzim juga cepat. Pada keadaan
substrat berlebih, kerja enzim tidak sampai menurun tetapi konstan.
·
Pada kepekatan
substrat rendah, bilangan molekul enzim melebihi bilangan molekul substrat.
Oleh itu,Cuma sebilangan kecil molekul enzim bertindak balas dengan molekul
substrat.
·
Apabila kepekatan
substrat bertambah, lebih molekul enzim dapat bertindak balas dengan molekul
substrat sehingga ke satu kadar maksimum.
·
Penambahan kepekatan
substrat selanjutnya tidak akan menambahkan kadar tindak balas kerana kepekatan
enzim menjadi actor pengehad
e.
Konsentrasi enzim
Agar reaksi berjalan
optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim dan zubstrat harus sesuai. Jika
enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak reaksi akan berjalan lambat
bahkan ada substrat yang tidak terkatalisasi . semakin banyak enzim, reaksi
akan semakin cepat.
b)
Contoh mekanisme kerja enzim/koenzim dalam tubuh
manusia pada saluran pencernaan .
enzim
pencernaan pada manusia memiliki peran penting dalam membantu memproses
setiap makanan yang masuk dalam tubuh, untuk menghasilkan sari makanan bagi
tubuh. Dalam sistem pencernaan manusia, memiliki organ-organ tubuh yang
bertanggung jawab terhadap fungsi pencernaan berbagai jenis zat makanan ke
dalam tubuh. Enzim-enzim tersebut berfungsi dalam melakukan serangkaian
kerja sistem pencernaan yang bekerja secara terus menerus.
1)
Mulut, kelenjar ludah atau
saliva
Mulut
merupakan pintu awal masuknya makanan, sehingga pada mulut terdapat enzim
bernama amylase atau disebut juga dengan enzim ptialin, yang berfungsi untuk
memecah zat pati dan mengubahnya menjadi maltosa
Kerja enzim
amilase yaitu :
Amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase memecah molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa.
Amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase memecah molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa.
Enzim :
Amylase
Lokasi : Kelenjar Ludah
Substart : Amilum,glikogen
Hasil : Disakarida
Lokasi : Kelenjar Ludah
Substart : Amilum,glikogen
Hasil : Disakarida
2)
Lambung (kelenjar lambung)
Makanan yang
masuk pada lambung, akan dicerna oleh enzim renin yang berperan dalam
menguraikan kaseinogen menjadi kasein.. Fungsi enzim renin untuk mengendapkan
kasein dari air susu. Kasein merupakan protein susu, sering disebut keju. Setelah
kasein diendapkan dari air susu maka zat dalam air susu dapat dicerna.Selain
enzim renin ada juga enzim pepsin yang berfungsi terhadap pengolahan makanan
untuk mengubah fungsi protein menjadi
senyawa protesa, pepton dan juga polipeptida.
Cara kerja
enzim pepsin yaitu :
Enzim pepsin memecah molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana yaitu pepton . Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat diangkut oleh darah.
Enzim : Pepsin
Lokasi : Lambung
Substrat : Protein
Hasil : Polipeptida rantai pendek
Enzim pepsin memecah molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana yaitu pepton . Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat diangkut oleh darah.
Enzim : Pepsin
Lokasi : Lambung
Substrat : Protein
Hasil : Polipeptida rantai pendek
3)
Saluran pankreas
Pankreas
pada sistem pencernaan menghasilkan enzim karbohidrase pancreas, untuk mencerna
amilum kemudian membuatnya menjadi maltosa atau jenis senyawa sejenis
disakarida lainnya. Enzim lain yang terdapat di pankreas adalah enzim lipase
pankreas, yang akan mengubah fungsi lemak dengan memecah emulsi lemak menjadi
asam lemak dan juga gliserol.
Cara kerja enzim lipase yaitu : Lipid (seperti lemak
dan minyak) merupakan senyawa dengan molekul kompleks yang berukuran besar.
Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah bening sehingga perlu
dipecah lebih dahulu menjadi molekul yang lebih kecil. Enzim lipase memecah
molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserol yang memiliki molekul lebih
sederhana dan lebih kecil. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air, maka
pengangkutannya dilakukan oleh cairan getah bening (limfe).
Enzim : Lipase
Lokasi : Pankreas
Substrat : Trigliserida
Hasil : Asam Lemak, gliserol
Lokasi : Pankreas
Substrat : Trigliserida
Hasil : Asam Lemak, gliserol
4)
Usus (kelenjar usus)
Usus
merupakan tempat terakhir dalam proses pencernaan makanan. Setidaknya ada 5
jenis enzim pada usus, yang diawali oleh enzim enteroksinase yang berperan
dalam mengubah tripsinogen menjadi senyawa tripsin, yang berguna pada
saluran pankreas. Selanjutnya enzim maltase berfungsi dalam mengubah
laktosa menjadi senyawa glukosa dan juga galaktosa. Kemudian, akan
ditemui enzim sukrase yang berperan mengubah sukrosa menjadi senyawa
glukosa dan juga fruktosa. Selanjutnya, oleh enzim pencernaan peptidase
yang berperan mengubah polipeptida menjadi senyawa asam amino dan
terakhir enzim lipase, yang digunakan dalam mengubah lemak menjadi senyawa
asam lemak dan juga gliserol
Enzim : Peptidase
Lokasi : Usus Halus
Substrat : Polipeptida rantai pendek
Hasil : Asam amin0
Lokasi : Usus Halus
Substrat : Polipeptida rantai pendek
Hasil : Asam amin0
Enzim :
Lipase
Lokasi : Pankreas
Substrat : Trigliserida
Hasil : Asam Lemak, gliserol
Lokasi : Pankreas
Substrat : Trigliserida
Hasil : Asam Lemak, gliserol
Enzim : Laktase/Maltase, Sukrase
Lokasi : Usus Halus
Substrat : Disakarida
Hasil : Monosakarida
Lokasi : Usus Halus
Substrat : Disakarida
Hasil : Monosakarida
ENZIM PAPAIN
Salah
satu enzim protease yang berasal dari tumbuhan adalah enzim papain.
Enzim
papain merupakan enzim protease yang terkandung dalam papaya ( Carica Papaya )
pada getahnya baik dalam buah, batang maupun daunnya. Sebagai enzim yang
berkemampuan sebagai memecahkan molekul protein, dewasa ini papain menjadi
suatu suatu produk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik di kehidupan
rumah tangga maupun industry
PRODUKSI ENZIM PAPAIN
Untuk
memproduksi papain, bahan baku ysng perlu disiapkan adalah getah pepayah.
Sementara bahan penolongnya berupa air dan sulfit. Sulfit yang dapat di gunakan
antara lain natrium natrium bisufit, natrium metabisulfit. Air digunakan
sebagai pengencer sementara sulfit digunakan sebagai bahan pengawet ( Dudung
Muhidin, 2001 ).
Papain
adalah zat yang mudahrusak karena oksidasi udara baik yang terjadi selama
pembuatan maupun penyimpanan maka dari itu perlu ditambahkan pengawet dalam
pembuatan papain. Sulfit yang dapat digunakan sebagai pengawet papain dapat
berupa natrium bisulfit dengan konsentrasi 0.7%
1.
Tahap pengambilan Getah
Ø Dilakukan
pada buah yang sudah berumur 2.5-3 bulan dengan buah masih tergantung pada
batang pada pokok selama penyedapan.
Ø Interval
penyedapan setiap 4 hari dengan 7 kali selama 28 hari. Waktu yang tepat
untuk melekukan penyadapan adalah pagi
hari sebelum matahari terbit, sekitar pukul 05.30-08.00, atau pada sore hari
sebelum matahari terbenam, sekitar pukul 17.30-18.30.
Ø Penyedapan
dilakukan dengan cara menorehkan alat sadap pada kulit buah mulai dari pangkal
menuju ujung buah. Kedalaman torehannya antara 1-2 mm. Kadalaman ini perlu di
perhatikan agar luka torehannya dapat capat sembuh. Banyak torehan setiap buah
cukup 5 torehannya dengan jarak antar torelan 1-2 cm. setelah ditoreh, getah yang keluar dari buah
segara di tamping dalam alat tampah penampung getah yang di rancang khusus.
Tampah ini sudah diletakkan pada batang tanaman. Oleh karena hanya berupa anyaman bamboo maka ada banyak
lubang pada tampah tersebut. Agar getah tidak banyak terbuang melalui lubang,
sebaiknya alas tampah tersebut di beri pelastik.
2.
Pengolahan papain kasar
Getah
hasil penyadapan buah dapat di olah menjadi papain kasar (cured papain). Cara
pengelolahan sebagai berikut. Getah dari penyadapan di capur larutan sulfit 0.7
% sebanyak 4kali jumlah getah, lalu diaduk hingga merata dengan alat pengaduk
(mixer). Campuaran ini biasanya akan membentuk emulsi getah berwarna putih susu
yang agak kental. Selanjut emulsi getah di keringkan hingga menjadi papain
kasar. Untuk mengeringkan emulsi getah menjadi papain kasar dapat dikerjakan
dengan berbagai cara, yaitu :
Ø Pengeringan
dengan sinar matahari
Ø Pengeringan
dengan cabinet drier
APLIKASI ENZIM PAPAIN
DALAM INDUSTRI PANGAN
Pengepuk
Daging (Meat Tenderizer)
Ø Dalam
proses ini, papain memotong rantai protein dalam benang-benang fibril dan
jaringan penghubung serta merusak integritas serabut otot sehingga membuat
daging menjadi empuk.
Ø Papain
sebagai pelunak daging ( meat tenderizer ) banyak di perdagangkan dalam kemasan
kecil sesuai kebutuhan rumah tangga. Papain ini sudah di campur bahan lain seperti gula dan garam agar kandungan
papainnya tidak terlalu kuat.
Ø Pengempukan
daging pada system lebih modern dilakukan dengan cara antemortem, pengempukan
ini dengan cara menyuntikan larutan papain beberapa waktu sebelum ternak di
potong kira-kira 5-10 menit. Denga dosis penyuntikan 0,2-0,7 ml untuk setiap kg
berat ternak hidup. Jumlah larutan yang di suntikan ke dalam ternak besar
biasanya 80-120 ml dan pada unggas 1-2 ml. Penyuntikan dilakukan pada pembuluh
darah balik leher ( vena jugularis) ternak potong atau pada vena di bagian
sayap untuk jenis unggas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar